Logo Web Atas
Web Atas Lomba Opini
Maulid Nabi Muhammad WEB Atas
K-TV Peduli WEB Atas

Kasus DBD di Kota Bandung Meningkat Drastis, 14 Penderita Meninggal Dunia pada 4 Bulan Pertama 2024

MEMPRIHATINKAN: Kasus DBD di Kota Bandung meningkat drastid pada empat bulan pertama 2024. (K-TV/Noviana Rahmadani)
MEMPRIHATINKAN: Kasus DBD di Kota Bandung meningkat drastid pada empat bulan pertama 2024. (K-TV/Noviana Rahmadani)

K-TV | Bandung – Penderita penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Bandung, mengalami lonjakan, yang signifikan. Berdasarkan data Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bandung hingga pekan ketiga April 2024, sudah menyentuh angka 3.064 kasus.

Angka tersebut terbilang tinggi saat disandingkan dengan data pada 2023, yang hanya ada 1.856 kasus DBD.

Lonjakan tersebut bukan sebatas pada angka kasus. Akan tetapi, pada tahun kemarin, penderita penyakit DBD, yang meninggal dunia hanya 8 jiawa. Tahun ini, sudah seanyak 14 orang.

“Kami mengumpulkan data mulai dari Januari sampai kemarin, minggu ketiga April 2024, ada kurang lebih 3.064 kasus, yang tercatat dan terlaporkan,” sebut Kepala Bidang (Kabid) Program Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit (P2PM), Dinkes Kota Bandung, Ira Dewi Jani kepada K-TV, Jumat (3/5/2024).

“Alhamdulillah, sudah sembuh, jadi yang masih aktif sakit DBD pada pekan ketiga April itu tinggal 103 orang,” lanjutnya.

Hal itu terjadi, dalam analisa Ira, disebabkan oleh gerakan pemberantasan sarang nyamuk, yang belum maksimal. Sehingga, kasus DBD bukan sebatatas belum diselesaikan, namun hingga datanya melonjak naik.

“Nyamuk Aedes aegypti, yang menjadi faktor penyakit demam berdarah, berarti kan sebenarnya kami masih menemukan tempat-tempat perindukan nyamuk, tempat perindukan nyamuk masih ada karena kami belum optimal dalam pemberantasan sarang nyamuk atau PSN,” nilainya.

Dengan begitu, pihaknya juga mendorong agar masyarakat berperan aktif dalam PNS. Dampaknya, kata Ira, gerakan serentak akan terjadi dan bisa mempercepat dalam meminimalisir atau menekan kasus DBD di Kota Kembang ini.

“Sepekan sekali melakukan PSN atau pemberantasan sarang nyamuk di dalam rumahnya sendiri, kan pemerintah nggak bisa ya, masuk ke rumah-rumah orang, jadi harus masyarakatnya memastikan bahwa di dalam rumahnya itu nggak ada tempat-tempat, yang bisa dijadikan perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti,” terangnya.

“Kemudian dilakukan abatisasi atau larvasidasi untuk abatinya sendiri bisa didapatkan di puskesmas di domisili orang tersebut secara gratis karena sudah dijamin oleh pemerintah,” tutup Ira.

Reporter : Noviana Rahmadani

Redaktur : Syahid Mujtahidy

Bagikan

Logo WEB Bawah
K-TV Peduli Web Bawah
Web Bawah Lomba Opini
WEB Bawah Maulid Nabi

Logo WEB Bawah
K-TV Peduli Web Bawah
Web Bawah Lomba Opini
WEB Bawah Maulid Nabi

Berita terkait

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *