WEB ATAS OPINI
Logo Web Atas
web atas aniv Uniba
psfl

Di Balik Konten Estetik di TWA Kawah Ijen, Ada ‘Taxi Lamborghini dan Ferrari’

KREATIF: Ojek troli di TWA Kawah Ijen diberi nama 'Taxi Lamborghini dan Ferrari'. (K-TV/Syahid Mujtahidy)
KREATIF: Ojek troli di TWA Kawah Ijen diberi nama 'Taxi Lamborghini dan Ferrari'. (K-TV/Syahid Mujtahidy)

K-TV | Banyuwangi – Saat jam menunjukkan medio pukul 23.00 – 00.30 WIB, di area pos Paltuding, yang merupakan pos pendakian menuju kawah Ijen, Desa Tamansari, Kecamatan Licin, Banyuwangi, mulai berisik dengan suara kendaraan dan orang ngobrol sembari menyeduh kopi, wedang jahe, atau makan mie instan.

Ya, tanda sebentar lagi, pembayaran dan penukaran tiket di pos Paltuding dibuka, bagi pendaki, yang sudah memesan tiket via online. Wisatawan lokal ataupun mancanegara bisa menukar tiket dengan catatan membawa surat keterangan sehat, yang minimal dibuat h-3 pendakian.

Namun, pendaki, yang abai atas peraturan tersebut atau tidak tahu, biasanya akan banyak penjaga warung atau penjual di sekitar, yang menawarkan bantuan pembuatan surat keterangan sehat tersebut.

Ketika jam menujukkan pukul 02.00 WIB, wisatawan sudah bisa memulai pendakian. Baru selangkah melewati gerbang  Taman Wisata Alam (TWA) Kawah Ijen, sudah ramai orang, yang menawarkan jasa ojek mengenakan troli.

Uniknya, joki troli menyebut trolinya dengan taxi Lamborghini dan Ferrari, yang merupakan dua brand mobil mewah, yang biasanya dimiliki sultan (sebutan bagi orang kaya pada era sekarang).

“Lambo, lambo, Lamborghini ferrari, biar tidak capek naiknya,” suara promonya, yang terus terdengar di telinga pendaki sembari melewati sekian banyak troli, yang terparkir di tepi jalur pendakian.

penawaran tersebut akan terus terdengar hingga hampir tiba di persimpangan jalan menuju Kawah Ijen guna melihat blue fire, yang hanya terlihat sebentar pada dini hari dan spot sunrise atau spot foto dengan latar Kawah Ijen saat sudah pagi.

Tidak jarang, wisatawan, yang sudah kecapean, akan menggunakan tawaran jasa transportasi tersebut dengan harga lebih murah, ketimbang naik dari pos Paltuding.

Achmad Alif, warga Banyuwangi, yang menjadi pemandu wisata dan terkadang juga jadi joki troli, menyebutkan, jasa untuk naik ‘Taxi Lamborghini atau Ferrari’ hanya merogoh Rp1,5 juta bagi, yang berbadan besar dan Rp1,2 juta, yang berbadan sedang dan kecil. Biaya tersebut, biasanya dibayarkan via QRIS atau transfer.

Pendaki menikmati jasa tersebut dengan jarak sekitar 2,4 kilometer atau lama pendakian sekitar sejam setengah.

Untuk jasa saat jalur pendakian, biasanya akan melibatkan dua joki, namun di titik tertentu, terkadang akan ada bantuan hingga tiga joki

“Itu lihat, ada yang hingga buka baju dan keringetan, dan menarik sekuat setanaga. Saya pikir worth it kami dibayar segitu,” ujarnya kepada K-TV, Minggu dini hari (7/7/2024).

Untuk jasa ‘Taxi Laborghini dan Ferrari’ saat turun, cukup membayar Rp400.000 dan cukup dilakukan dengan satu joki troli.

“Kalau, bayarannya itu biasanya dibagi kepada sesama yang bertugas, tapi per-troli, setor Rp1,5 juta per bulan kepada pengelolah. Kalau pemandu wisata itu Rp150 ribu per-bulan. Jadi, saya saat tidak ada pesanan menjadi pemandu wisata, saya juga ngo-jek seperti mereka,” tambahnya.

Setiba di atas, wisatawan akan berebut untuk turun ke Kawah Ijen guna melihat blue fire dengan jarak sekitar 400 meter. Namun, jalurnya cukup berbahaya, karena melalui bebatuan dan tebing. Serta, pendaki juga akan sembari berpapasan, yang hendak naik dan turun.

Selain itu, banyak pengangkut belerang, yang juga melewati jalur, yang sama. Pendaki diminta untuk memberikan jalur bagi mereka, atau akan banyak wisatawan lain akan meneriakinya saat enggan memberikan jalur.

“Ya, seperti itu, pasti bilang minner (penambang), minner, minner. Baru wisatawan akan memberi jalur atau menepi seperti ada mobil ambulans mau lewat,” tuturnya.

Setiba di bawah, akan terlihat banyak orang, yang berebut swafoto dengan latar blue fire, layaknya melihat orang mau berebut mencium hajar aswad. Karena, bukan berbaris antri, melainkan berebut. Tapi, bagi yang mengenakan jasa pemandu wisata, akan membantu membukakan ruang untuk foto dan menjaga agar tidak terdorong atau tergeser ke luar dari spot foto.

Tak ayal, wisatawan hanya memiliki waktu sekitar lima menit untuk swafoto sebelum terdorong atau keluar dari spot tersebut,

Baru kembali ke persimpangan jalur untuk naik lagi ke atas guna menikmati sunrise jika belum usai, atau mengabadikan momen dengan latar Kawah Ijen, yang berwarna tosca dari view atas. Menariknya, terdapat banyak pepohonan, yang masih hidup atau sudah mati di tepi tebing gunung tersebut.

Namun sekarang, terdapat pembatas, sehngga wisatawan tidak akan bisa swafoto lebih dekat dengan tepi tersebut. Karena, wisatawan asal China, HL (31), meninggal dunia, sebab terjatuh pada 20 April 2024.

Ketika terdapat wisatawan, yang nekat melewati garis pembatas, biasanya pemandu akan mengingatkan dan bahkan terkadang meminta untuk keluar dari area tersebut hingga wisatawan terkait mengikuti intruksinya.

Pada medio pukul 06.30 – 08.00 WIB, wisatawan, yang mendaki sejak dini hari aan beranjak turun. Dalam perjalanan, akan banyak tawaran kembali ‘Taxi Lamborghini dan Ferrari’, serta akan bersua dengan pendaki, yang baru mau naik.

Reporter : Syahid Mujtahidy

Redaktur : Hairul Anam

Bagikan

web bawah Opini
Logo WEB Bawah
web bawah Aniv Uniba
hari guru BPRS

web bawah Opini
Logo WEB Bawah
web bawah Aniv Uniba
hari guru BPRS

Berita terkait

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *